Semoga Era Kediktatoran Tidak Kembali
ditulis:
M. Jaya Nasti Nasti28 Jun 2014 | 11:51
ditulis:
M. Jaya Nasti Nasti28 Jun 2014 | 11:51
Saya sangat khawatir Indonesia di
bawah kepemimpinan Prabowo Subianto-Hatta. Prabowo adalah mantan
jenderal berbintang tiga yang tidak mempunyai pengalaman dalam
pemerintahan. Ia tidak pernah menjadi kepala daerah, anggota DPR atau
menteri. Prabowo memiliki rekam jejak yang tidak baik. Ia dipecat dari
dinas kemiliteran karena melakukan
sejumlah kesalahan berat. Demikian inti penjelasan dari Jenderal Purn.
Wiranto
tentang Prabowo. Salah satu kesalahannya termasuk dalam kategori kejahatan kemanusiaan, yaitu penculikan dan penghilangan aktifis yang menyebabkan 13 orang hilang dan diyakini terbunuh. Begitulah inti dari isi press release Komnas HAM ttg Capres No. 1, Prabowo Subianto.Sebagai mantan Komjen Kopassus, Prabowo terlibat dalam banyak aksi militer di antaranya di Aceh, di Timtim dan di Papua. Tapi sayangnya aksi militer itu dilakukannya sendiri tanpa sepengetahuan atasannya. Begitulah salah satu butir alasan pemberhentian Prabowo yang disebutkan dalam surat Dewan Kehormatan Militer (DKP).Dalam buku “Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando” diceritakan kisah Jenderal Purn Luhut Panjaitan yang memergoki aksi yang dilakukan Prabowo sewaktu menjadi anak buahnya di Kopassus. Ia mempersiapkan aksi “pengamanan” terhadap Panglima TNI Benny Murdani dan sejumlah jenderal lainnya, pada hal pangkatnya waktu itu masih kapten. Untung saja rencana itu ketahuan, dan Prabowo disuruh cuti dua minggu, karena dinilai mengalami stess.Terakhir, baru saja diberitakan pernyataan Allan Nairn, seorang wartawan investigasi asal Amerika Serikat. Ia membuka rahasia Prabowo yang sebenarnya dari wawancara yang sifatnya off the record. Kepada Kepada Nairn, Prabowo mengecam demokrasi di Indonesia. Ia menyebut mendiang Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai presiden buta. Ia membayangkan dirinya menjadi seorang diktator.Jadi, ada ambisi menjadi seorang diktator yang disimpan rapat oleh Prabowo. Mungkin ia tidak menyukai demokrasi di Indonesia yang terlalu liberal. Mungkin ia lebih menyukai demokrasi terpimpin ala Soekarno, atau demokrasi pancasila ala Soeharto.Untuk mencapai ambisi itu, Prabowo hanya memerlukan satu langkah lagi. Ia harus memenangkan Pilpres 2014. Jika ia menang, maka ambisinya untuk menjadi diktator akan dapat direalisasikannya dengan mudah. Dengan latar belakang kemiliteran yang dimilikinya, tidak sulit baginya untuk menjadikan TNI berada dibelakangnya.Untuk memenangkan Pilpres, Prabowo dan timsesnya melakukan secara cara, baik yang halal ataupun haram. Semua pihak dirangkul disertai janji-janji. Para petinggi dari parpol pendukung kelihatan bersemangat mendukung karena yakin akan diberi jabatan. Ormas-ormas radikal juga ikut bergabung karena akan mendapatkan perlindungan untuk meneruskan aksi-aksi mereka. Selanjutnya segala cara dilakukan untuk merusak nama baik lawannya melalui berbagai bentuk kampanye hitam.Tapi yang tidak disadari oleh para pendukung Prabowo adalah ambisinya untuk menjadi diktator. Kalau ia memenangkan Pilpres, maka pesta kemenangan itu hanya sebentar. Ia akan segera melancarkan langkah-langkah sistematis untuk merealisasikan cita-citanya. Maka siapapun yang menentang akan ditendang. Maka banyak tokoh yang sadar belakangan, ternyata mereka keliru telah mendukung seseorang yang berambisi menjadi diktator. Tapi sudah terlambat.Satu-satunya harapan untuk mencegah kembalinya era kediktatoran itu hanyalah memberikan suara untuk kemenangan Jokowi-JK. Jokowi adalah capres dari generasi baru yang tidak punya keterkaitan dengan rezim otoriter Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, mantan mertua Prabowo. Ia adalah capres yang sederhana, jujur dan sangat merakyat. Ia telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang melin-dungi rakyat kecil, sewaktu menjadi walikota Solo dan Gubernur Jakarta.Meskipun terus menerus difitnah, ia tidak membalasnya. Tapi kebenaran datang dengan sendirinya. Misalnya, Tanthowi Yahya akhirnya buka suara, mengakui bahwa ia satu rombongan haji ke Mekah dengan Jokowi pada 2003. Dia juga mengakui foto bersamanya di tenda di Arafah dengan Jokowi. Jadi fitnah bahwa ia penganut agama kristen tertolak dengan sendirinya.Mudah-mudahan elektabilitas Jokowi bisa terus bertahan dan ia memenangkan Pilpres 9 Juli 2014 yang akan datang.
tentang Prabowo. Salah satu kesalahannya termasuk dalam kategori kejahatan kemanusiaan, yaitu penculikan dan penghilangan aktifis yang menyebabkan 13 orang hilang dan diyakini terbunuh. Begitulah inti dari isi press release Komnas HAM ttg Capres No. 1, Prabowo Subianto.Sebagai mantan Komjen Kopassus, Prabowo terlibat dalam banyak aksi militer di antaranya di Aceh, di Timtim dan di Papua. Tapi sayangnya aksi militer itu dilakukannya sendiri tanpa sepengetahuan atasannya. Begitulah salah satu butir alasan pemberhentian Prabowo yang disebutkan dalam surat Dewan Kehormatan Militer (DKP).Dalam buku “Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando” diceritakan kisah Jenderal Purn Luhut Panjaitan yang memergoki aksi yang dilakukan Prabowo sewaktu menjadi anak buahnya di Kopassus. Ia mempersiapkan aksi “pengamanan” terhadap Panglima TNI Benny Murdani dan sejumlah jenderal lainnya, pada hal pangkatnya waktu itu masih kapten. Untung saja rencana itu ketahuan, dan Prabowo disuruh cuti dua minggu, karena dinilai mengalami stess.Terakhir, baru saja diberitakan pernyataan Allan Nairn, seorang wartawan investigasi asal Amerika Serikat. Ia membuka rahasia Prabowo yang sebenarnya dari wawancara yang sifatnya off the record. Kepada Kepada Nairn, Prabowo mengecam demokrasi di Indonesia. Ia menyebut mendiang Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai presiden buta. Ia membayangkan dirinya menjadi seorang diktator.Jadi, ada ambisi menjadi seorang diktator yang disimpan rapat oleh Prabowo. Mungkin ia tidak menyukai demokrasi di Indonesia yang terlalu liberal. Mungkin ia lebih menyukai demokrasi terpimpin ala Soekarno, atau demokrasi pancasila ala Soeharto.Untuk mencapai ambisi itu, Prabowo hanya memerlukan satu langkah lagi. Ia harus memenangkan Pilpres 2014. Jika ia menang, maka ambisinya untuk menjadi diktator akan dapat direalisasikannya dengan mudah. Dengan latar belakang kemiliteran yang dimilikinya, tidak sulit baginya untuk menjadikan TNI berada dibelakangnya.Untuk memenangkan Pilpres, Prabowo dan timsesnya melakukan secara cara, baik yang halal ataupun haram. Semua pihak dirangkul disertai janji-janji. Para petinggi dari parpol pendukung kelihatan bersemangat mendukung karena yakin akan diberi jabatan. Ormas-ormas radikal juga ikut bergabung karena akan mendapatkan perlindungan untuk meneruskan aksi-aksi mereka. Selanjutnya segala cara dilakukan untuk merusak nama baik lawannya melalui berbagai bentuk kampanye hitam.Tapi yang tidak disadari oleh para pendukung Prabowo adalah ambisinya untuk menjadi diktator. Kalau ia memenangkan Pilpres, maka pesta kemenangan itu hanya sebentar. Ia akan segera melancarkan langkah-langkah sistematis untuk merealisasikan cita-citanya. Maka siapapun yang menentang akan ditendang. Maka banyak tokoh yang sadar belakangan, ternyata mereka keliru telah mendukung seseorang yang berambisi menjadi diktator. Tapi sudah terlambat.Satu-satunya harapan untuk mencegah kembalinya era kediktatoran itu hanyalah memberikan suara untuk kemenangan Jokowi-JK. Jokowi adalah capres dari generasi baru yang tidak punya keterkaitan dengan rezim otoriter Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, mantan mertua Prabowo. Ia adalah capres yang sederhana, jujur dan sangat merakyat. Ia telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang melin-dungi rakyat kecil, sewaktu menjadi walikota Solo dan Gubernur Jakarta.Meskipun terus menerus difitnah, ia tidak membalasnya. Tapi kebenaran datang dengan sendirinya. Misalnya, Tanthowi Yahya akhirnya buka suara, mengakui bahwa ia satu rombongan haji ke Mekah dengan Jokowi pada 2003. Dia juga mengakui foto bersamanya di tenda di Arafah dengan Jokowi. Jadi fitnah bahwa ia penganut agama kristen tertolak dengan sendirinya.Mudah-mudahan elektabilitas Jokowi bisa terus bertahan dan ia memenangkan Pilpres 9 Juli 2014 yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar