..SELAMAT DATANG Di http://hadiay-sellambe.blogspot.com__..SELAMAT DATANG Di http://hadiay-sellambe.blogspot.com__..SELAMAT DATANG Di http://hadiay-sellambe.blogspot.com__Tereng kiyu Guys...udah mau nongkrong disini..."Lumayan dari Pada Lumanyun, makasih yaa.."SeLamat MembaCa" :D .. by : Hadi Ay [ANTOX]". .. T E R I M A__K A S I H...SALAM 2 JARI..///

Sabtu, 28 Juli 2012

Rantai Kebaikan




Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang
berdiri kebingungan di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap, pria itu
dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka
pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil Benz wanita itu dan keluar
menghampirinya. Mobil Pontiac-nya masih menyala ketika pria itu
mendekati sang nyonya..
Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada
seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini

akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan
kelaparan.
Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, sementara berdiri di
sana kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan
itu membuat sang nyonya tambah kedinginan.
Kata pria itu, “Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam
mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan
Anderson.”
Wah, sebenarn ya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut
seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak ke bawah bagian
sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu
beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti
ban itu. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.
Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan
kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada
pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan
ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.
Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu.. Sang
nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima
kasihnya. Berapapun ju mlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya
itu. Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi
seandainya pria itu tak menolongnya.
Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain
tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan Tuhan
mengetahui bahwa banyak orang telah menolong dirinya pada waktu yang
lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan tidak pernah ia
berbuat hal sebaliknya..
Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin
membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang
yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan
kepada orang itu, dan Bryan menambahkan, “Dan ingatlah kepada saya.”
Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari
itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman
ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.
Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe
kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan
menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak
kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan
di sekitar tempat itu sangat asing baginya.
Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk
mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis
meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang
hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir
delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya
mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran. Wanita
lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat
memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya.
Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan.
Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang
kertas $ 100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang
kembalian kepada wanita itu. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali
wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu.
Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.
Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita
itu: “Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya.. Saya juga pernah
ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang
sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan
saya, inilah yang harus engkau lakukan: ‘Jangan biarkan rantai kasih ini
berhenti padamu.’”
Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi.
Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus
diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan
untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah
dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang
uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita
baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya
butuhkan? Dengan ke lahiran bayinya bulan depan, sangat sulit
mendapatkan uang yang cukup.
Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika
suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan
ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan, “Se galanya akan beres. Aku
mengasihimu, Bryan Anderson!”
Ada pepatah lama yang berkata, “Berilah maka engkau diberi.” Hari ini
saya mengirimkan kisah menyentuh ini dan saya harapkan anda
meneruskannya. Biarkan terang kehidupan kita bersinar. Jangan hapus kisah ini, jangan biarkan saja! Kirimkan kepada teman-teman kita! Teman
baik itu seperti bintang-bintang di langit. Kita tidak selalu dapat
melihatnya, namun kita tahu mereka selalu ada.. Semoga Allah selalu melindungi kita, Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar